Saturday, May 10, 2014

Jentrung, Riwayatmu Kini ...

"Kemudian saya teringat sebuah tulisan di sebuah forum online terbesar di Indonesia yang disitu dituliskan bahwa hewan ini kini sudah terancam akan segera punah"


Hai guys! Kejadian ini bermula ketika saya pulang dengan teman saya dari kampung halaman tercinta. Jadi begini, ketika itu kami naik motor dan kebetulan saya berposisi sebagai pembonceng alias orang kedua dari depan, di depan kami ada sebuah truk yang melaju kencang di jalanan yang penuh butiran debu membuat saya memilih memejamkan mata sejenak hingga kami menyalip truk tersebut. Setelah kemudian saya membuka mata saya, ternyata ada seekor jentrung hinggap di celana saya, ia berpegangan disana dengan erat, mungkin takut terjatuh atau terbawa angin, karena laju kendaraan yang saya tumpangi waktu itu memang cukup kencang.

Kemudian saya teringat sebuah tulisan di sebuah forum online terbesar di Indonesia yang disitu dituliskan bahwa hewan ini kini sudah terancam akan segera punah. Saya kemudian mengambilnya, menjepit sayapnya dengan sangat hati-hati. Saat laju kendaraan sudah agak pelan, saya memutuskan untuk melepaskannya, saya lepaskan hewan mungil itu, biar terbang, begitu pikir saya. Wuss, sang jentrung pun terhempas terbawa angin namun kemudian jatuh di aspal saat itu juga, pasti mati kelindas, begitu pikir saya. Tragis ya.

Mungkin pembaca disini ada yang masih bingung, apaan sih "Jentrung"? Jentrung atau Kinjeng alias Papatong atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama Capung atau DragonFly dalam bahasa Inggris adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Capung umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu yang disebut dengan capung atau capung biasa (subordo Anisoptera) dan capung jarum (subordo Zygoptera). Capung biasa bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.


Saya teringat masa kecil saya dulu. Saat kecil saya tinggal di Tawangmangu, mungkin ada yang sudah pernah dengar, disana hawanya sejuk dan mungkin cenderung dingin bagi orang kota. Salah satu kegemaran saya dan teman-teman adalah bermain menangkap capung. Mungkin mirip dengan adegan menangkap ubur-ubur ala Spongebob dan Patrick, bedanya kami memiliki alat yang lebih canggih dibanding milik mereka. Alat yang kami buat sendiri secara otodidak itu adalah berupa batang pohon singkong, yang diatasnya kami beri kepala berupa lidi yang diikat berbentuk melingkar, dan kemudian memenuhinya dengan sarang laba-laba yang super lengket. Bagi kami hal itu sangat amazing, sesuatu yang tak kamu temukan dalam permainan di Android maupun iPad.

Kami mengumpulkan capung-capung dengan cara menangkapnya secara diam-diam, pelan-pelan, dan saat dia lengah, hap! Sangat menyenangkan, sesuatu yang tidak akan terulang di jaman seperti sekarang ini :p

Sekarang, kita tahu jumlah capung semakin sedikit, namun jangan langsung menyalahkan masa lalu generasi kami yang gemar menangkap capung. Berkurangnya jumlah capung sangat dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah habitat mereka. Pembangunan yang berlebihan di daerah pedesaan, penggundulan hutan, dan keserakahan manusia lainnya lah yang menyebabkan capung-capung ini kehilangan tempat tinggalnya, tempat mereka meneruskan keturunan dan beranak pinak. Dan ingat, siklus hidup capung dewasa hanya empat bulan, apa kita sudah tak mau lagi berbagi tempat? insenia-id.blogspot.com

Buah Ara, Antara Mitos dan Kenyataan

"Yang mungkin tidak banyak orang tahu adalah, ada suatu keahlian kejam dari pohon buah ara"
Hai guys! Kalian pernah makan buah ara? Atau sekedar pernah tahu buah ini, namun terjebak pada kebingungan tentang buah ini bisa dimakan atau tidak. Kali ini saya akan mengupas tuntas segalanya tentang buah ara. Kebetulan di sebelah kampung halaman saya ada sebuah komplek vila kosong yang dimana didalamnya terdapat beberapa pohon buah ara tak bertuan, dulu waktu kecil saya bersama kawan sering memanjat, bersantai, dan bahkan memakan buah yang penuh kontroversial ini. Langsung saja nih daripada penasaran, apa sih buah ara itu?

Disadur dari Wikipedia, buah tin atau buah ara (Ficus carica L.) adalah sejenis tumbuhan penghasil buah-buahan yang dapat dimakan yang berasal dari Asia Barat. Buahnya bernama sama. Nama "Tin" diambil dari bahasa Arab, juga dikenal dengan nama "Ara" (buah ara / pohon ara) sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fig (common fig; "pohon ara umum"), sebenarnya masih termasuk kerabat pohon beringin dari genus yang sama, yaitu Ficus.


Kenapa saya menyebutnya kontroversial? Jika kalian mempelajari agama Islam, Kristen, maupun Katolik, pohon ara ini merupakan pohon ketiga yang disebutkan di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, setelah "pohon kehidupan" dan "pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat". Adam dan Hawa menyemat daun pohon ara untuk menutupi bagian vital mereka, bahwa sebelumnya diceritakan mereka telanjang tanpa sehelai kain pun. Buah ara juga termasuk daftar makanan yang ditemukan dalam Tanah Perjanjian menurut Taurat (Ulangan 8). Yesus Kristus mengutuk sebuah pohon ara karena tidak menghasilkan buah (Markus 11:12–14).

Sementara dalam Islam juga menyebutkan bahwa buah yang mengandung banyak Kalium, Omega 3 dan Omega 6 ini merupakan salah satu dari dua pohon keramat dalam agama Islam. Di Al Qur'an, salah satu surat disebut dengan nama ini (QS Surah At-Tin ayat 1) karena Allah bersumpah atas nama buah/tumbuhan ini.

Penampakan buah ara 


Saya kurang begitu yakin apakah penampilan buah ara di setiap daerah itu sama atau tidak, di daerah tempat tinggal saya pohon buah ara memiliki karakteristik pendek, tidak terlalu tinggi, batang dan dahannya cukup lebar dan sedikit bergelombang, daunnya pun lebar, buahnya berwarna hijau dan akan berubah warna merah atau ungu ketika sudah masak. Saat buah berwarna merah atau ungu inilah daging buah akan menjadi kenyal dan empuk sehingga "bisa" dimakan. Namun melihat penampilan fisiknya dari luar saja mungkin kalian akan ragu ketika saya mengatakan buah ini bisa dimakan, percayalah, rasanya manis :p

Yang mungkin tidak banyak orang tahu adalah, ada suatu keahlian kejam dari pohon buah ara. Buah ini melakukan proses simbiosis mutualisme bersama kawanan tawon. Tawon mengambil nektar dan menaruh telur-telur calon bayinya di buah ara ini, dan serbuk sari pohon buah ara disebarkan oleh tawon sesudahnya. Lalu bagaimana bila tawon lupa atau dengan sengaja tidak mengambil serbuk sari dari buah ini? Pohon ara dengan kejamnya akan menjatuhkan buah dimana terdapat telur dari tawon tersebut, dan membiarkan telur-telur tersebut mati terbentur tanah dibawahnya. insenia-id.blogspot.com